Jumat, 25 Februari 2011

Knock Down!

 
"Dunia fatamorgana, absurd, serba palsu. Keluar dari sana sayang.." kekasihku memperingatkan

"Harus ada yang mengakhirinya" jawabku sambil memunguti ceceran ludah mereka yang telah tertekuk Tauhidnya setelah nyaman mendapat nikmat di selangkangan! 

Selasa, 22 Februari 2011

Pilihan


Drrrrtttt... telepon di ujung meja berkedip menandakan panggilan masuk.
Private numb. Oh yeah! Orang kesekian hari ini yang-tidak-ingin-diketahui-identitasnya. Orang – orang dengan berbagai aksentuasi, permohonan, tangisan dan ancaman.
“Hmmph.... “ desis Maura. Ia sudah seringkali menghadapi situasi seperti ini, dengan penolakannya akan sekretaris pribadi membuatnya jadi bertindak seefisien mungkin. Angkat telepon, lima detik mendengarkan sudah cukup untuk menentukan aduan tersebut perlu perhatian atau tidak, tutup teleponnya dan wushaa.. lanjutkan pekerjaan.

“Mauryano Baskara disini, dengan kantor LSM dan Pengacara ada yang bisa di bantu?” ucapnya tangkas.
“Ra, Ina melahirkan. Dia ingin kamu datang.. “ Tut... tut... tut.. Terputus, jelas si penelepon tidak ingin berlama-lama.

Pesan barusan masih bergaung lama mengalahkan gema telepon di telinganya. Shock. Suara itu masih bisa dikenalinya, Mbak Dely kakak kandung Ina, dalam kurun 3 tahun sejak kejadian itu. Maura ingat bukan saja karena beliau orang yang dihormatinya terlebih saat Mbak Dely berteriak mengusirnya dari rumah.

“Ya Tuhan” Maura langsung melorot di balik kursi putar. Barangkali menyebut namaNya kurang tepat karena selama ini ia jarang beribadah. Meminjam nama suci untuk menenangkan kepanikan adalah dosa.

Tidak menunggu lama Maura segera mengemasi tumpukan kertas berantakan hasil lembur dua minggu terakhir, berserakan seperti potongan kenangannya. Di luar hujan menghantam bangunan tempat dirinya dan 3 orang rekannya bekerja, sebuah rumah di area kompleks perumahan kumuh, lokasi yang tepat untuk konsentrasi mereka dalam menangani kasus-kasus rakyat tidak berpunya dengan bayaran seadanya. Posko, masyarakat sekitar menyebut tempat itu karena kerap digunakan menampung gembel. Sesuai kegunaannya pikir Maura suatu waktu. Maura melongok keluar, agak kerepotan memakai rain coat  namun seperti yang sudah-sudah selalu disempatkan untuk menengadah ke atas “Kelabu, langitku menderai airmata.. “

19.43 WIB, hentak keras kenalpot Satria 150cc.
19.52 WIB, kesetanan memacu kendaraan, 4 kali nyaris melanggar lampu merah, 1 kali diingatkan polisi lalu lintas.
20.12 WIB, Omnia International Hospital.

Tiba di rumah sakit dengan kalut memandang seorang wanita di lobby, Mbak Dely tajam menatap Maura.

“Kalau bukan karena Ina Mbak nggak akan hubungi kamu!” semburnya.

Beban rumah tangga dan keluarga menjadikan Mbak Dely nampak lebih tua dari usia yang sebenarnya. Kerut-kerut di wajahnya gambaran peristiwa, pasti berat mengurus suami tukang selingkuh dan anak-anak pecandu

“Ya Tuhan, untuk kali ini saja izinkan hamba meminjam kekuatanmu. Saya janji akan lebih serius dalam menangani kasus tekanan psikologi ibu rumah tangga setelah dari sini.. “ batin Maura.

Mbak Dely memimpin langkah ke lantai bersalin tempat Ina dirawat. Tidak ada obrolan sepanjang koridor yang mereka lalui. Maura begitu tenang menutupi gejolak hatinya.

Aku akan bertemu dengannya setelah sekian lamanya mati suri.. Ina, kekasihku, pasangan jiwaku, yang melahirkan anak dari suaminya. Pertemuan setelah melewati hari-hari penuh kesakitan. 3 tahun yang panjang, tahun pertama aku lewati dengan serangkaian percobaan bunuh diri, tahun kedua penuh penyesalan dan tahun ketiga kucoba mengubur seluruh kepedihan dengan menjadi gila kerja. Cara terakhir sepertinya efektif, aku menikmatinya.

“Ingat kau tidak boleh macam-macam di dalam!” dengus Mbak Dely membangunkan Maura dari lamunannya. Pintu terbuka. Hazela Indica, biasa di panggil Ina berada di tempat tidur menimang bayi dalam balutan bebat putih. Selang infus menjuntai dari lengannya.

“Perempuanku.. “ sayu mata Ina memanggil Maura, pandangan mereka bertemu, sejenak beku.
“Ah, sudah datang. Mari masuk” seorang pria bule riang mengajak dua orang tamu di depan pintu segera masuk.

“Halo, saya Andre” pria itu menangkap tangan Maura
“Istri saya bersikeras tidak mau kembali ke Canada kalau belum bertemu kamu, sahabat lamanya” Andre pura-pura kesal dan memandang mesra Ina.

Maura tersenyum letih. Andre, pria dewasa yang sudah mapan. Pria baik yang baru sadar dirinya terlambat menikah karena sibuk mengejar karier. Maura tidak membencinya kalau saja dia tidak membayangkan bagaimana besar tubuh pria itu menyetubuhi Ina.

“Kakak.. “ gumam Ina
“Ya dedek.. “

Maura duduk disamping Ina, menyentuh ujung tangannya.  Jika boleh memilih tentu ia akan lebih senang kalau diperbolehkan memeluk barang sebentar. Perawat masuk mengingatkan agar bayi diistirahatkan di ruangan lain, Andre antusias mengiringi, Mbak Dely turut serta meninggalkan lirikan kepada dua perempuan di depannya yang sama-sama menahan tangis.

Ina langsung memeluk Maura setelah semua orang meninggalkan ruangan.

“Maafin dedek, dedek udah khianatin kakak.. Maaf.. “ dengan tidak siap Maura menerima buraian orang terkasihnya seolah dirinya patung yang dihantam ribuan kegelisahan, remuk. Ina masih menginginkannya, tidakkah kau sadar kita semua terlambat dan terluka. Maura perlahan meraih tubuh Ina dengan lembut. Meluruhkan kerinduan, sayup terdengar lagu Peluk “Tiada yang terobati di dalam peluk ini, rasa sakitku rasa sakitmu.. “ selama ini Ina juga menahan rasa.

Kamu juga pasti sakit kan? Seharusnya aku yang minta maaf. Andai saja aku tidak teledor meninggalkan jejak di Hard Disc komputer rumah sehingga Mbak Dely mengetahui hubungan kita dan memaksamu menikah dengan orang asing. Mulai detik ini kita adalah beda sayang. Rentang waktu telah memberiku banyak kesempatan berpikir. Untuk kebahagiaanmu. Dulu erat egoku mencintaimu dan kini bebasku padamu adalah wujud cinta tidak terungkap.
Aku harus pamit, dek” kecup Maura di kening Ina mengakhiri kisah pilu yang harusnya tidak perlu terjadi.

Raungan itu menyesakkan hati, Ina histeris disebabkan emosinya tidak stabil. Perawat meminta Maura menjauh diselingi kepanikan Mbak Dely dan Andre. Inikah perpisahan dengan kekasih yang sudah bersama-sama selama empat tahun? Sepertinya tidak seindah yang pernah ditayangkan sinetron.

Kuatlah sayang, meskipun pernikahan bukan pilihan yang mudah tapi bertahanlah demi buah hatimu. Lalui liku dan walau tidak terlihat apapun di depan sana. Curahkan segala gundahmu padanya, anakmu, ialah yang akan setia menopangmu. Pembela, penjaga dan pendoamu.. Seperti aku yang selalu melakukannya untukmu dari jauh.

Maura khusyuk bersandar punggungan kursi di ruang tunggu, ia tidak ingin mengabaikan rengekan Ina yang memintanya tetap tinggal namun terlalu lama di dekat Ina akan membuatnya lepas kendali. Getaran kecil di saku menjerit melengkingkan lagu karena Kusanggup,  Agnes Monica tepat pada reff. Sudah tidak terhitung lagi berapa banyak waktu yang ia habiskan untuk mengagumi penyanyi favoritnya sebanyak itu pula ia lupa mengganti ringtone tersebut karena selalu terkejut. Kebiasaan buruk.

“Ya Glen? Aku sedang ada di luar. Tadi agak tergesa-gesa jadi tidak sempat memberitahumu.. “ jawab Maura cepat.
“Adik korban kasus dua minggu kemarin yang kamu minta datang bersedia memberikan kesaksian, kami tunggu di posko!” Glen, rekan kerja Maura yang pencinta sepak bola lokal terdengar gembira seperti akan mengabarkan kalau Nurdin Halid akan mengundurkan diri dari PSSI.

Maura bangkit menyusuri lorong panjang rumah sakit menghamburkan sisa perasaannya “Menguaplah bersama lara” bisiknya meninggalkan derak kursi di belakang, ia melaju kembali merangkai rutinitas. Layaknya semesta yang memiliki hukum dualitas, apa yang dijalaninya sekarang adalah retas keyakinan menyibak kebenaran sekaligus terseret system konspirasi brutal negeri ini. Dan kehilangan jati diri? Entah, seperti cerita cintanya, selasar kabut yang akan segera terhapus dari jalanan.. Seusai ini mungkin ada kebahagiaan. Siapa yang tahu hari esok?


PS: Terimakasih kepada Sinyo Nepenthes atas bantuannya mengedit tulisan ini.

Senin, 21 Februari 2011

Doa Kekasihku


Thank you Lord for your kindness to let me have her in my life
Even we know it just for awhile
She is my first and i hope the last one
Please Lord, dont make me do anything stupid that make her sad or mad 
Because i love her, my precious one
And someday when the time's coming for us to be apart
Please make me numb to feel another woman
Make her happy with someone else who she marry with 
Amien

Delete!


Hari ini aku memutuskan sesuatu yang tidak pernah berani aku lakukan. Sesuatu yang selalu aku jaga karena aku ingin menghargainya sebagai bagian dari hidupku. Rentetan pesan di inbox facebook, satu-satunya kenangan tersisa antara aku dan kamu.

Setahun yang lalu aku mengenalmu melalui situs jejaring sosial facebook, tertarik dengan pict yang kamu pasang. Gadis manis berambut jabrik. Kuberanikan diri menyapa, ada getaran disana. Kamu ramah. Mulai sejak itu kita mulai rutin mengirim pesan, ngobrol di ym, bertukar photo. Ternyata kamu lebih manis, aku suka pipi chubbymu. Sadar dengan statusmu yang masih terikat hubungan dengan orang lain tidak membuatku mundur. Sepertinya aku terbuai terlebih saat kau putus dengan kekasihmu. Aku suka dengan kesederhanaanmu, suka perhatianmu, suka caramu mengungkapkan sesuatu. Aku adalah ratumu, perempuan penguasa hatimu, setidaknya itulah yang kurasa saat itu. Optimis bahwa kita dapat melalui segalanya karena kau akan selalu memegang tanganku. Aku percaya padamu.

Hanya sekali kita bertemu namun cukup membuat aku menangis setiap malam ketika memikirkanmu. Pertama kali kau menjemputku di stasiun itu, gedung dan lampu malam yang mengiringi perjalanan kita. Kelam mesra merajuk kita. Matamu yang selalu menatapku lembut seolah mengungkapkan sayang. Pelukmu, sentuhmu.. ah aku merinduimu.

Hay engkau yang ada disana, prinsipmu telah kulangkahi dengan angkuh. Apakah aku pantas mendapat balasanmu sedemikian rupa? Ya! Jawabmu keras menolak aku untuk menyentuh kehidupanmu lagi. Aku tidak bisa menerimanya, sungguh. Hingga malam berganti pagi menyisakan airmata, minggu dan bulan – bulan meranggas purnama menuntut tahun. Entah apa yang kuperbuat hingga mati rasa ini. Janjiku pudar untuk menunggumu membuka maaf. Karma telah kuterima. Terus melangkah atau mati disini adalah pilihannya. Kedamaian itu letaknya di hati, dan kau tahu bagaimana aku memperolehnya? Setelah aku sekarat bertarung dengan kemungkinan dan anggapan.

Menghapus jejak, meskipun akan menyesal nantinya.. sebelum logika berpacu. Hilanglah bersama angin.

Menantang Pena Mewah


Saat perbedaan dianggap penyimpangan dan ketika keberanian menjadi aib.
Aku menantangmu untuk berbicara, jangan selalu bersembunyi dibalik bilah penamu yang mewah!

Perempuan Palsu!


Perempuan berjilbab satire, incaranmu gadis muda berkemben sewek yang suka kecek di kali.
Kamu perempuan bermulut palsu! Pemabuk berurai kata-kata binal!
Lebih baik bunuh diri mengepruk timbal ke kepala saya. 
Penampakanmu betul-betul menakuti sapi dan keledai di kandang.
Syahh! Gusar atas racunmu!

Kamu


Kamu,
Yang tiba - tiba datang dalam hidupku, gelembung mimpi.
Kamu,
Balut jingga di ujung senja, membakar.
Kamu,
Punggung kokoh, sandari kegelisahan.
Kamu,
Linen lembut penyeka tangisku, teduh, nyaman, hangat.

Kamu, kamu dan kamu :)

Peluk, Segenggam Kerinduan Tersampaikan


Sayang, pernahkah kau melihat keluar jendela dengan begitu menyedihkan?
Suatu hari nanti aku tidak mau kita menghabiskan sisa hari dalam tangis karena kehilangan satu sama lain..
Bahkan pelukan pun tidak meninggalkan hangat disapu hujan.

Aku tidak mau genggam tangan kita pudar ikuti matahari yang tertelan riak laut senja
Lalu terseret sesat perahu yang tidak tahu kemana ia akan pergi

Sayang, masihkah bugar tubuhmu?
Karena aku ingin selamanya berada di pangkuanmu..

Second Chance


Kasmaran di penghujung bulan
Bermurah hati melonggarkan sabitnya
Kesempatan kedua seolah ditempa restu sebelumnya
Kebetulan hanya istilah
Kesabaranmu membimbingku dari moment sarat emosional
Kepedihan menjadikan penghargaan lebih berarti
Bersama dirimu aku merasa berarti..

Mentari melumuri kulit-kulit pucat
Reduksi darah terkandung didalamnya
Menyiratkan amanah yang dipercayakan kepada kita, umatNya
Hutang yang harus dibayar lunas bernama 'Kehidupan'
Jikalau kesempatan memang untuk kita, aku ingin selamanya

Pada hari itu..
Kerlinganmu teduh geliatkan arus cahaya
Menelanjangi harapan seperti yang sudah-sudah
Sembunyikan diri di antara benderang cahaya
Menarikan kegembiraan meluap
Larut kita larut

For The O


Hati saya tersentuh
Mungkin jatuh cinta atau hanya hasrat sementara
Tapi ah, sampai terlupa batasan diri 
Andai kurang berkenan.. maafkan

Namun jika itu hanya ketakutan saya semata
Mohon selipkan sebait kata di sepotong subuh beku
Maka saya akan berlalu secepat angin yang mengetuk mesra jendela kamar anda esok pagi

Tahukah? anda melebihi apa yang bisa terbayang oleh diri ini
Warna warni yang selama ini terhubung adalah kumpulan kisah saling membelit serupa spiral
Tapi anda membuatnya jadi lebih rumit
Anda melampaui ekspektasi saya

saya kira betapa angkuhnya anda
Perlahan berpendar menyingkap rapuh
Seperti suar di kedalaman lautan
Merasuki relung - relung tergelapnya
Semakin terpesona pada anda.. :)

Overflow


Kau mengabariku melalui jauh ketika aku mulai membangun mimpi-mimpi.
Begitu lama waktu menyembunyikanmu hingga aku hampir menyerah, sosokmu seakan membaur dan nyaris menghilang diingatan.
Hatiku serasa penuh, meluber di sela-sela air mata
Aku ingin menceritakanmu tentang segala, tentang aku tentang kamu tentang semua tentang dunia.
Kukirim puisi-puisi kehidupan melaui udara, kusimpan dalam botol multi dimensi dan kulempar ke samudera suara. Berharap kau akan menemukan tanda yang kulampirkan dan membukanya hingga berhamburan seluruh luruh perasaanku padamu.

Bangunkan Aku


Bangunkan aku pada hari itu ketika tidak satu orangpun mengerti.
Bangunkan aku di tempat itu di mana tidak seorangpun tahu.
Sentuhlah aku lembut.
Ciumilah bibirku sampai darah menyulam di antara bebatuan terjal.
Karena esok kau tidak akan melihatku lagi.

Worried


Sudah berapa banyak tempat terlewat, gang - gang sempit penuh luka menganga.
Tahukah betapa sulitnya kukenali diriMu?
Butuh ratusan cahaya dan kehidupan untuk mengetahuinya.
Lama, aku melemah jadi pikun dan kadang terkena amnesia dadakan.
Terseok compang-camping di halaman rumahMu.
Hingga tidak terkendali kuciumi aspal kering, kucabut dan kumakan rerumputan.
Tidak sabar bertemu di gerbang suciMu.
Tapi... ah, hanya diam terpancang kuat di sebelah tiang listrik.
Apakah aku pantas untuk Kau terima?

Gadis Kecilku


Tik tik tik,
gadis kecilku mulai menjejak tanah asing yang rapuh.

Satu, dua, tiga,
kau menghitung dengan lancar,
rupanya kau lekas belajar

entah kebetulan belaka atau
karena kau pandai menyimpan dendam

kakimu rentan menapaki jalan yang dirintis oleh para pendahulu
kau tinggal mengikutinya,
kedengaranya mudah bukan?

hm...
tapi dengan segitu banyak kemungkinan,
aku tidak bisa mencegahmu
Just do it! Itu motomu.

melupakan luka dan wawasan,
yang ada hanyalah keinginan untuk tahu dan mengerti
tidak peduli bagaimana buruknya
lembaranmu yang lalu

kau gadis kecilku yang lugu

setelahnya?
kau rayapi malam berbekal akses setan
keliaran di hamparan ketidakpastian.
berkelap - kelip mengundang hasrat untuk mendekat

lalu kau mulai percakapan - percakapan absurd
yang jamak di lakukan oleh pelacur murahan
kau ceritakan kemalanganmu yang Best Seller, hingga banyak yang menyuntikkan semangat
dan mengelus kepalamu,
memberi simpati bahkan memberi petisi.

aih sayang,
begitu mudahnya kau terseret euforia,
mencari pembenaran atas sikapmu

aku tidak mengatakan kau salah,
sementara kau hanyalah gadis kecil konyol
yang mencari jalan pulang dengan cara eksplis(h)it!
padahal kau bisa malakukan lebih dari ini!

dengarlah:
kau adalah pilot bagi dirimu
nyawa dari setiap pergerakan dan akalmu
jadi berhentilah termehek - mehek
tiba saat beranjak

ingatlah:
mulutmu harimaumu
tanganmu adalah cakarmu,
dan keinginan suatu saat bisa membunuhmu!
di sudut maya ini tidak ada yang pasti--
berhati - hatilah, sayang
lakukan seperti apa adanya dirimu,
tak perlu membatasi diri dengan beragam obsesi

tik tik tik,
kau melangkah lagi
kali ini lebih terarah dan perasaanmu ringan

gadisku,
jika kau rasa limbung,
tidak ada yang patut kau percayai
selain keyakinanmu sendiri

kau gadis kecil yang sangat kusayangi
begitu naif di bulatan usiamu yang tak lagi muda.

Ps: Terimakasih untuk Sinyo Nepenthes dan Abmi Handayani atas bantuannya mengedit tulisan ini

Search


 Karena luka itu telah menjadi borok, seringkali ditusuk jarum dan disundut bara rokok.
Perih dengan nikmatnya

Namun langit masih tetap sama, masih biru, masih terlalu tinggi untuk digapai, masih mampu membuatmu menangis syukur teringat akan semua keagunganNya

Belajar untuk mengikhlaskan.. tolong hentikan pelarian sia-sia ini

still searching

At The End



Titik dan koma, aku hanya ingin melewatinya tanpa tersentuh.

Tanda baca hidup yang seringkali digunakan manusia untuk menutupi kemunafikan mereka dan aku mengutukinya keras – keras.
Aku berbeda dengan kebanyakan.. kaupun sudah tahu tapi pura – pura amnesia dan menjadikannya sebagai topeng untuk menutupi kebenaran lalu melupakan janji – janji.

Garis lurus panjang tanpa jeda mencekungkan penglihatan, ada metafora di sana.
Kosong.. baru menyadarinya setelah sekian lamanya mati suri

Aku bodoh! Masih saja berlari mengejar harapan karena mengira ada tali halus yang masih menghubungkan kita
Entah dimanapun berada bahkan saat bias pun aku masih bisa merasakanmu, keberadaanmu, gerak – gerikmu..
Bukan pula sebab suratan mencintaimu, namun karena memang aku ingin dan mau melakukannya untukmu. Melupakan aturan, kau tau kenapa?
Karena aku sudah menolak takdir sejak mengenalmu.
Hingga mengucapkan bahwa aku akan menjagamu hingga akhir kita.

Sebenarnya kau sudah meninggalkanku sendiri sejak air mata mengering tanpa tau untuk siapa ia tertumpah.

Akhirnya aku bisa mengikhlaskanmu..
Bukan dengan cara yang manis tapi setidaknya sejak saat ini aku tidak akan mengusikmu lagi.


Bye..

Apologize 2


Merancang konstruksi jiwa

Tahukah kau penyesalanqu hingga kini adalah tidak bisa membuatmu merasa nyaman bersamaku?

Seharusnya cinta membuat kita bahagia bukan sebaliknya
Mungkin saat ini aku belum bisa memaknai kaidah cinta sebenar - benarnya

Maafkan aku yang tidak mampu mempersembahkan semua dengan seutuhnya.

PS: Kepada tutur lembut sahabat yang tidak pernah lelah menemani gusar, canda, airmata..
Terimakasih untuk semuanya

Last letter 2, Take The Train For April Mop


Derit rem beradu cepat dengan selusur rel kereta.
Sudah yang kesekian kalinya, tinggal beberapa stasiun lagi.
Sejenak mual ini mereda saat menghirup aroma jeda.
Menghabiskan waktu dengan melempar pandangan dari jendela kecil tempat berdiam di sampingku.
Beragam kereta dengan aneka rupa datang dan pergi meninggalkan jejak asap putih melambai di angkasa.

Peluit panjang menggema keseluruh rongga tubuh, bergetar.. Tanganku membeku.
Kusampaikan salam hangat pada pemberhentian ini, sampai berjumpa kembali di waktu yang akan datang.
Aku akan selalu merindukan suasana ini , keramaian ini.
Panas menyengat membakar keringat berganti dingin membelai malam.
Menikmati hiruk pikuk kegiatan orang – orang yang tidak ku kenal namun mereka menjadi sahabat terbaik selama perjalanan.

Kereta api beranjak melaju dengan hanya satu tujuan.
Tempat dimana seluruh cintaku berlabuh.

Aku akan menemuinya setelah sekian lama...
Bagaimana keadaannya sekarang?
Masihkah ia akan tersenyum manis saat melihatku?

Kereta api, sudah saatnya bawa aku. Bawalah aku mendekat padanya.
Atau jika ia tidak berkenan bawalah aku kembali menjauh, jauh darinya sampai terlupa bahwa aku masih sangat mencintainya…

Lalu deruman kereta api menggerus lamunanku tentangmu.
Tentang semua kesalahanku.

Kumohon maafkanlah…

Last Letter



Sepi, merasa sendiri.  
Hening ini sama seperti sebelumnya. 
Aku masih menunggu, tercenung sambil menggenggam erat harapan.
Menunggu dengan cemas apakah disana kau sudah menyingkap lelap dalam buai waktu yang terlalu dini untuk mimpi datang menyapamu. 


Aku rindu padamu, aku rindu perbincangan kita ketika malam tiba. 
Membicarakan segala sesuatu yang terjadi setelah sehari penuh bergelung dengan peluh, seolah seluruh lelah terbayar hanya dengan mendengar suaramu. 

Sekarang semuanya berbeda 

Sadari aku memang tidak sempurna dan acapkali membuatmu kecewa. 
Setelah semuanya, aku ingin agar kau menemukan sinar lain dalam hidupmu

Jalan yang kau putuskan adalah liku untuk bisa meretas cintamu yang hakiki.
Walaupun berharap itu adalah aku. 

Akhirnya kita tiba pada persimpangan ini. 
Genggaman tanganku mulai merenggang, aku tidak pernah letih percaya pada cintaku kepadamu hanya memang cinta tidak harus selalu saling memiliki

Sungguh tidak mudah tetapi inilah yang terjadi. 

Please turn you back and walk away, mungkin bahagiamu bukan denganku. 

Aku sayang padamu dan seterusnya perasaan ini akan tetap sama.

Kau selalu ada dalam setiap doa dan langkahku...